CARA BUAT BUBUR MANADO

  


Dapat dikatakan hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki bubur khas masing-masing, di Jakarta ada bubur ase, Cirebon punya bubur ayam, di Aceh terhidang bubur kanji rumba, di Maluku tersedia bubur sagu ubi, dan di Kalimantan tersaji bubur pedas. Tak ketinggalan pula di Sulawesi Utara disini tersua pangan bubur Manado yang terkenal.

Di Sulawesi Utara, bubur berisikan rebusan sayuran atau disebut tinutuan, dalam hal inilah nama hidangan cikal bakal bubur Manado. Gabriele Weichart, seorang antropolog Jerman, menyebut pemilihan sayuran sebagai lauk untuk bubur tak lepas dari cara pandang orang-orang di wilayah Minahasa tentang diri dan lingkungannya. Orang Minahasa mengindentifikasi dirinya sebagai orang-orang dan terikat dengan alam sebagaiamana nenek moyang mereka. Mereka mengolah makanan dari bahan-bahan yang mereka dapatkan langsung dari alam. Antara lain sayur-mayur, jagung, beras, dan umbi-umbian. Sebagai pemburu, pengumpul makanan, dan petani, orang Minahasa meneruskan tradisi (kuliner) nenek moyang mereka, yang juga menempati daerah pegunungan, catat Gabriele Weichart dalam Identitas Minahasa: Sebuah Praktik Kuliner, termuat di jurnal Antropologi Indonesia No. 74 tahun 2004.

Bahan makanan dari alam itu, kemudian diolah menjadi tinutuan, bubur Manado dibuat dari beras yang dicampur dengan aneka bumbu dan sayuran seperti kangkung, bayam, kacang panjang, daun kemangi, ubi merah, jagung pipil dan daun gedi (bentuknya seperti daun papaya tetapi tidak pahit) yang hanya ada di Manado. Bubur ini biasanya disantap dengan hidangan pelengkap seperti ikan tongkol atau ikan asin bersama sambal bakasang atau dabu-dabu. Selain enak, bubur ini memberikan banyak gizi karena bahan pelengkapnya yang bermacam-macam dan menyehatkan. Orang Manado biasanya menyantap bubur ini selagi hangat dengan alas daun pisang.

Bubur Manado dijual di berbagai sudut kota Manado, jika berkunjung ke Manado datanglah ke Jalan Wakeke. Nyaris semua rumah di sepanjang jalan ini membuka warung bubur Manado. Tak heran jika pada tahun 2001, jalan ini dinobatkan sebagai kawasan wisata makanan tradisional tinutuan.

Bahan:

1 Mangkuk nasi (lebih cepat membuatnya daripada dimulai dengan beras)

1 Jagung manis, disisir/dipipil

1 Ubi merah, kupas, potong kotak

¼ Labu kuning/waluh yang tidak terlalu besar, potong kecil

1 Batang serai geprek

1 Ikat kangkung (daun gedi), petik pilih yang muda

1 Ikat bayam merah, petik pilih yang muda

1 Ikat kemangi

 

Bumbu Halus:

2 siung bawang putih

2 siung bawang merah

2 buah kemiri

Garam, lada secukupnya

 

Taburan : Abon ikan

 

Cara Membuat:

Bumbu halus diulek hingga benar-benar halu

Buat bubur dari nasi: tuang air mendidih ke dalam panci berisi nasi hingga batas air 1 ruas di atas nasi. Terus diaduk sambil dimasak, jangan sampai gosong. Biar air mulai susut dan bubur belum terbentuk, tambahkan lagi airnya.

Masukkan bumbu halus, jagung manis, ubi merah, labu kuning, dan serai.

Jika akan disajikan, angkat serainya, buang. Masukkan kangkung dan bayam merah sebentar.

Sajikan bubur dalam mangkuk, beri kemangi dan taburi dengan 1-2 sendok makan abon ikan.

 

Catatan:

Hindari ikan asin, abon ikan jauh lebih sehat ketimbang ikan asin goring. Apabila hanya ingin membuat 1 porsi, kangkung dan bayam merah ambil secukupnya untuk dimasukkan ke bubur. Sisa bubur bisa disimpan, dihangatkan lagi jika ingin dimakan dan dibubuhi kangkung dan bayam sisanya yang masih segar.

 



 

Subscribe to receive free email updates: